Custom Search

Friday, October 17, 2025

KAMARKU PUISIKU

KAMARKU PUISIKU

Kuputuskan untuk sendiri di kamar

Tak satupun kubiarkan mengusikku

Disini

Di kamarku

Kapanpun

Kecuali kekasih

Ketika bercinta

Hanya saat bercinta

 

Kutata kamar

Seperti menata kata dan kalimat

Jadi bait dalam puisi

Agak lama

Sedikit rumit

Dalam konsep

Dan gagasan

 

Aku bangun

Dan hadirkan suasana

Cinta menggebu

Dalam pergulatan asmara dahsyat

Seperti gambaran puisiku

Namun belum sampai kureguk tuntas

Sebelumnya

 

GORETAN 

Kamu tahu bukannya aku tidak ingin menjumpaimu.

Kita memendam hal yang sama meskipun kita belum pernah bersentuhan.

Ingat, ketika terakhir kali kita ketemu.

Kita saling menatap tanpa kedip tak ingin lepas.

Ada aura melingkupi kita.

Aura dari gelora dada yang menggempur segala halangan yang ada.

Bagai gelora laut tanpa jeda menyambut badai.

Oh, dahsyatnya gelegak di dada yang kita penjara sekian lama.

Terus menggedor ingin segera menyatu dalam pergumulan penuh sensasi kenikmatan tiada tara.

Pergumulan yang akan melumat kita tanpa sisa dalam permainan cinta tanpa jeda, tanpa kita tahu ujungnya.

Kalau bukan karena semilir dingin dari hati, kita telah ditelan oleh gelora kita sendiri.

Aku tergetar dan menggigil, kamu juga begitu, kemudian kita tersungkur.

Tapi itu terus mendera dan mencabik kita, entah sampai kapan.

Biarlah gelora itu larut bersama perjalanan waktu, kemudian terkubur dalam hati.

Tersisa hanya sebuah goretan disana.

Semoga Allah, Pemilik Cinta Yang Maha Agung mengukuhkan goretan itu.

Sebagai tanda bahwa kita pernah memiliki sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang paling indah.

Kemudian akan menjadi milik kita selamanya.

September 2008

JH Alifulhaq.

 

Ya Rabbku

Sudah kutuntaskan

Pergumulan seperti dalam puisiku

Dambaanku sejak lama

Jadi nyata

Begitu indah dan nikmat

Tak terkira

Karunia Rabbku

Syukurku tak terbilang padaMu

Ya Rabbku.

 

Maha Suci Engkau ya Rabbku

Maha Perkasa Lagi Maha Penyayang

 

Jatiasih, September 2025

 

JH ALIFULHAQ