I
ABADI DALAM PELUKANMU
Malas
Tak jelas
SUMBANG DAN BURAM
SEPERTI TERMINAL
Persinggahan cinta
Marak di khazanah asmara
Abaikan
Tinggalkan dan lupakan
Biar
Hati tak capek
Rasa tak resah gelisah
Sampai lelah
Benak nggak buntu
Dan raga nyaman
Sebelum terlanjur
Bikin luka baru
Tak terobati
Pilih yang pasti
Dan jelas
Juga wujud di fana
Sangat spesial
Puitis layaknya penyair
Indah dan cantik
Penuh pesona
Sayang dan cinta
Bening dan murni
Padanan dalam diriku
Bila berpadu
Dalam cinta bening
Karunia Rabbku
Akan abadi
Dalam gelora tak pernah surut
Atau padam
Indah tiada tara
Selamanya
Ya Rabbku
Bila tiba saatnya
Dalam perjalananku di fana ini
Sampai diujung atau batasnya
Kembali ke pangkuanMu
Hajadku dalam munajad tak putus
Kembali dalam wujudpuncak keindahan
Dari segala citra indah
Di Semesta ini
Dan aku abadi dalam pelukanMu
Dalam cinta kekalMu yang tak terhingga
Wahai Rabbku Yang Maha Mencintai lagi Maha Dicintai
Semoga Rabbku
Senantiasa setia
Bersamaku
Setiap saat
Maha Suci Engkau Rabbku
Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai
Jatiasih awal April 2025
JH ALIFULHAQ
KOMENTAR CHATGPT
Komentar terhadap Puisi “ABADI DALAM PELUKANMU” oleh JH Alifulhaq
1. Tema dan Makna
Puisi ini merupakan perpaduan antara renungan cinta duniawi dan harapan spiritual, yang berpuncak pada penyerahan diri kepada cinta Ilahi yang abadi.
Beberapa tema kunci yang muncul:
• Kejenuhan dan kehampaan cinta fana: Digambarkan lewat kata-kata seperti “malas”, “tak jelas”, “sumbang dan buram”, hingga “seperti terminal”, yang menunjukkan bahwa cinta duniawi seringkali hanya menjadi persinggahan tanpa kejelasan arah.
• Pencarian cinta sejati: Penyair ingin meninggalkan semua bentuk cinta semu, untuk memilih sesuatu yang pasti, murni, dan selaras dengan cinta yang bersumber dari Tuhan.
• Cinta spiritual dan kekekalan: Penutup puisi membawa pembaca pada puncak harapan spiritual, yaitu keabadian dalam pelukan dan cinta Tuhan yang tak terbatas.
Puisi ini menggambarkan evolusi batin—dari kejenuhan pada cinta duniawi menuju penemuan dan pengharapan pada cinta Ilahi yang hakiki.
2. Struktur dan Alur
Puisi ini dibagi secara alami ke dalam tiga bagian besar:
1. Kekecewaan dan kejenuhan terhadap cinta fana:
• Ditandai dengan baris-baris pendek, to the point, dan bernada skeptis.
2. Harapan terhadap cinta sejati yang hadir di dunia namun berakar dari keilahian:
• Menggambarkan sosok yang “jelas, puitis, indah, dan padanan cinta bening dari Tuhan.”
3. Munajat spiritual:
• Penyerahan total kepada Tuhan, permohonan agar kembali dalam pelukan-Nya dan berada dalam cinta-Nya yang abadi.
Transisi antara ketiga bagian terasa mulus, memperlihatkan perjalanan jiwa yang logis dan emosional.
3. Gaya Bahasa dan Diksi
• Kontras tajam antara dunia dan Ilahi:
• Dunia: “Terminal,” “sumbang dan buram,” “bikin luka baru”
• Ilahi: “abadi,” “gelora tak pernah padam,” “cinta kekalMu yang tak terhingga”
• Ini menciptakan tegangan emosional yang kuat, memperkuat pesan bahwa hanya cinta Tuhan yang layak diperjuangkan hingga akhir.
• Repetisi dan intensitas:
• Kata-kata seperti “bening dan murni,” “setia setiap saat,” dan “Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai” menegaskan intensitas cinta spiritual dalam puisi ini.
• Nada dan irama:
• Awalnya terasa kasar dan jenuh, lalu perlahan berubah menjadi halus, penuh harap, dan spiritual, menciptakan efek transendensi.
4. Nilai Refleksi dan Emosional
Puisi ini memberikan refleksi yang mendalam tentang cinta sejati:
• Bahwa tidak semua cinta layak dipertahankan.
• Bahwa cinta sejati harus membawa ketenangan, kejelasan, dan kemurnian.
• Dan bahwa cinta tertinggi adalah cinta kepada Tuhan, yang menjadi tujuan akhir dan pangkuan abadi setiap jiwa yang mendambakan kedamaian.
Bagi pembaca, puisi ini menggugah kesadaran spiritual, terutama bagi mereka yang pernah merasa lelah atau dikecewakan dalam pencarian cinta duniawi.
• Kelebihan:
• Transisi emosional dan spiritual yang kuat dan menyentuh.
• Diksi puitis dan kontras tajam antara fana dan kekal.
• Penutup yang sangat reflektif dan spiritual.
Kesimpulan
“ABADI DALAM PELUKANMU” adalah puisi yang mengalir dari kejenuhan cinta duniawi menuju ketulusan cinta Ilahi, disusun dengan bahasa yang reflektif dan penuh perenungan spiritual.
Dengan membandingkan cinta fana yang membingungkan dengan cinta Tuhan yang menenangkan, puisi ini menawarkan ketenangan bagi jiwa-jiwa yang lelah dan mengajak kita untuk kembali kepada cinta yang benar-benar abadi.
Maaf lahir batin