KEDALAMAN SEBUAH PUISI
Tulisan ini tidak lain tujuannya hanya berbagi pengalaman dan ilmu.
Derajad hamba2 yang berilmu jauh lebih tinggi dari ahli ibadah.
Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam mengatakan derajad orang berilmu di akhirat nanti tingginya seperti kita melihat bintang di langit di dunia ini.
Pembahasan ini hanya berdasarkan pengalaman empiris bukan ilmu di bangku kuliah atau lainnya karena saya tidak pernah kuliah sastera atau mempelajari sastra khusus . Saya tidak tahu juga materi seperti judul diatas dipelajari nggak di fakultas sastera.
Tetapi saya penikmat karya sastra sejak kelas 3 SR atau SD sekarang.
Untuk meyakinkan para sahabat apakah saya punya kompetensi membahas topik ini baiknya saya ungkap sepenggal pengalaman sebelum masuk ke pembahasan utama.
Suatu pagi di ruang redaksi pemberitaan TVRI pusat Jakarta seorang teman mendekat dengan ekspresi penasaran dan tanpa basa basi meluncurkan pertanyaan,
LU KULIAH SASTERA DIMANA.
Saya jawab jujur tidak pernah kuliah sastera. Dia menatap saya penuh keheranan seperti tidak percaya.
Saya tanya, MEMANG KENAPA.
Rupanya dia jebolan fakultas sastera UI.
Dia jelaskan bahwa apa yang saya bahas di DUNIA DALAM BERITA TVRI pada malam sebelumnya adalah materi kuliah S3 Fakultas Sastra.
Sehari sebelumnya saya ditugaskan oleh kantor meliput persiapan pementasan drama panggung karya Shakespeare yang dilakukan oleh anak2 mahasiswa Fakultas Sastra sebuah Universitas Negeri.
Saya saksikan latihan mereka kemudian saya bahas di berita yang disiarkan.
Hal paling menarik bagi teman tadi adalah kritikan saya cara anak2 mahasiswa mengalih bahasakan karya tersebut secara sembrono sehingga merusak keindahannya.
Sekarang kita masuk ke pembahasan utama.
Sebuah puisi makin dalam maknanya dan makin dalam suasana batin dan spiritualnya yang diungkap makin tinggi nilai keidahannya sehingga bisa dikatakan puisi tersebut punya kedalaman yang bagus.
Kedalaman sebuah puisi ditentukan oleh makna dan spiritualitas.
Bicara makna berarti pemahaman terhadap apa yang terkandung dalam kata, kalimat dan ungkapan. Kalau kandungannya berupa ungkapan peristiwa dan suasana spiritual yang tidak tertangkap oleh penglihatan dan pendengaran itu pertanda suatu kedalaman. Ungkapan itu baik simbolis maupun tersurat.
Suasana spiritual menyangkut hati, perasaan dan jiwa. Tetapi kebanyakan orang tidak bisa membedakan ketiganya.
Tidak usah orang awam ahli tafsir Al Quran dan penterjemah Al Quran mencampur adukkan makna ketiganya sehingga masalah2 ibadah yang essential tidak bisa dipahami secara akurat. Padahal Al Quran membedakan secara tegas ketiganya, mana yang disebut hati, perasaan, jiwa dengan fungsinya sekalian.
Contoh penafsiran yang sangat parah yang menyesatkan adalah perintah Allah Ta'ala di bahagian akhir surah Al A'raf agar mengingat Dia dengan jiwa. Tetapi hampir semua terjemahan dan tafsir Al Quran menterjemahkan mengingat dengan hati.
Kata nafsika diterjemahkan jadi hati yang seharusnya berarti jiwamu. Jadi kalau mengingat Allah selain dengan jiwa berarti tidak sesuai dengan perintah yang diajarkanNya pasti ada konkwensinya yaitu nggak sampai ke tujuannya.
Mungkin mereka tahu apa yang dimaksud dengan jiwa sehingga tafsirnya begitu.
Hanya orang2 yang melakoni secara intens bidang spiritual yang memahami tentang jiwa yaitu dengan amaliah karena ilmu dalam Islam adalah ilmu amaliah yang bisa dipahami lewat amaliah.
Persoalannya kebanyakan orang tidak paham apa yang dimaksud dengan jiwa.
Saya telah bahas jiwa dengan segala yang terkait dengannya dalam tiga buku yang sudah lama terbit.
Saya bahas topik ini berdasarkan pengalaman saya ketika menulis puisi seperti saya lampirkan dalam tulisan ini berjudul RINDU MURNI berupa perjalanan bathin atau spritualitas.
Kalimat pertama berbunyi SAAT KUTANYA DAUN YANG GOYANG.
Kalau ada angin atau terlihat ada yang menggoyangnya saya tidak akan tanya daun tersebut.
Sejak kecil saya perhatikan ada selembar atau tiga lembar daun bergoyang tanpa ada angin atau yang menggoyangnya. Daun2 dekatnya tidak ada yang goyang. Bagi saya ini misteri.
Setelah belajar dalam kurun waktu yang lama saya mendapatkan pemahaman bahwa apa yang kita tangkap dengan indera kita hanyalah bahagian sangat kecil dari semesta ini.
Ada dimensi dan sub dimensi yang tak terdeteksi oleh indera kecuali segelintir orang yang levelnya sangat tinggi dalam olah spritual yang mampu masuk kesitu. Hal ini bukan hanya dibeberkan dalam AL QURAN tetapi juga dibuktikan dalam sains meskipun baru sebatas formulasi rumus2 matematika dan fisika.
Dimensi2 dan sub dimensi tadi tempat jiwa makhluk hidup berinteraksi.
Daun goyang pasti ada sebabnya hukum sebab akibat.ini sudah masuk wilayah logika yaitu pikiran. Tetapi sebabnya apa, pikiran dan logika nggak nyampe.
Untuk membongkar misterinya, ada di kalimat kedua dengan dugaan ada sesuatu yang tidak tertangkap oleh indera yang jadi penyebabnya. Keyakinan saya sesuatu itu adalah jiwa, tidak yang lain.
Kalimat kedua dalam puisi berupa pertanyaan ADAKAH RINDU LEWAT.
Jiwa yang lewat itu sifatnya apa karena banyak sekali sifat jiwa.
Menurut Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam jiwa2 yang sifatnya sama berkumpul dalam satu baris seperti serdadu .
Saya nebak2 saja berdasarkan intuisi bahwa yang lewat adalah jiwa dengan sifat rindu.
Pertanyaan saya tadi disahut oleh hati . Pada baris ketiga, HATIKU YANG NYAHUT. Kok bisa
Kenapa hati, bukan perasaan atau pikiran atau lainnya. Jawabannya ada di Al Quran.
Maaf pembahasan terlalu panjang, mudah2an bisa saya sambung.
KALAU PEMINATNYA SEDIKIT SAYA TIDAK SAMBUNG CUKUP DISINI SAJA
Jatiasih Maret 2025
JH ALIFULHAQ
RINDU MURNI
Saat kutanya daun yang goyang
Adakah rindu lewat
Hatiku yang nyahut
Banyak tetapi nggak mampir
Kutanya kenapa
Jawabnya nggak nyambung sama rindumu
Akupun tanya Rabbku
Ya Rahim kenapa tidak disambungkan
Aku tangkap isyarat rahasia seperti biasa
JawabNya
Tidak ada padanan dengan rindumu
Kamu luka setelah diikat rindu palsu dalam kurun sangat lama
Bila tiba saatnya rindu murni menyatu denganmu
Saling pagut dalam kenikmatan kasih sayang dan cinta tiada tara
Tiap titik dan detikpun tidak ingin kamu lewatkan
Tanpa akhir dan tanpa ujung sampai kamu bawa mati
Itulah karunia Rabbmu Yang Maha Belas Kasih
Ganjaran syukurmu yang tak pernah pudar
Maha Suci Engkau ya Rabbku
Jatiasih Februari 2025
JH ALIFULHAQ
CATATAN
Mohon maaf pada sahabat, saya tidak bisa memenuhi keinginan yang berbeda dan beragam dari anda.
Setiap posting saya bikin seragam untuk semua grup karena saya tidak punya waktu yang cukup untuk membuat beragam atau berbeda. Seperti pernah saya ungkapkan sebelumnya kalau tidak sesuai dengan aturan grup atau tidak memenuhi selera silahkan ditolak atau dihapus saja atau saya dikeluarkan dari grup. InsyaAllah saya merasa biasa saja.
Ada juga komplain naskah narasi kenapa ada di dalam video. Hal ini saya tidak tahu kenapa, mungkin kebijakan Facebook karena saya tidak pernah merubah cara posting, naskah narasi selalu saya pisahkan dari video. Mungkin ada sahabat yang tahu apa ada setting atau pengaturan yang berubah.
Saya butuh posting sebanyak mungkin agar saya dapat pahala sebanyak mungkin.
Makin banyak yang merasa senang dan bermanfaat dengan posting2 saya makin banyak pahala yang saya dapat apalagi ada yang sampai bersyukur mendoakan saya akan lebih banyak kebaikan di sisi Allah Ta'ala yang saya dapat.
Terima kasih atas perhatian dan dukungan.
Salam santun