Kamu tahu bukannya aku tidak ingin menjumpaimu.
Kita memendam hal yang sama meskipun kita belum pernah bersentuhan.
Ingat, ketika terakhir kali kita ketemu.
Kita saling menatap tanpa kedip tak ingin lepas.
Ada aura melingkupi kita.
Aura dari gelora dada yang menggempur segala halangan yang ada.
Bagai gelora laut tanpa jeda menyambut badai.
Oh, dahsyatnya gelegak di dada yang kita penjara sekian lama.
Terus menggedor ingin segera menyatu dalam pergumulan penuh sensasi kenikmatan tiada tara.
Pergumulan yang akan melumat kita tanpa sisa dalam permainan cinta tanpa jeda, tanpa kita tahu ujungnya.
Kalau bukan karena semilir dingin dari hati, kita telah ditelan oleh gelora kita sendiri.
Aku tergetar dan menggigil, kamu juga begitu, kemudian kita tersungkur.
Tapi itu terus mendera dan mencabik kita, entah sampai kapan.
Biarlah gelora itu larut bersama perjalanan waktu, kemudian terkubur dalam hati.
Tersisa hanya sebuah goretan disana.
Semoga Allah, Pemilik Cinta Yang Maha Agung mengukuhkan goretan itu.
Sebagai tanda bahwa kita pernah memiliki sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang paling indah.
Kemudian akan menjadi milik kita selamanya.
September 2008
JH Alifulhaq.