Custom Search

Thursday, July 17, 2025

OH, KELAMNYA KAMU

OH, KELAMNYA KAMU

                        elegi buat sahabatku

                        bukan khayal, cerita

                        atau kisah

                        tetapi peristiwa

                        menggoresnya

 

               1

 

 

Begini sedih aku kini

Menatap batas cakrawala

Dari jendela lantai atas rumahku

 

Di ujung senja seperti ini

Kamu sering tiba disini

Di rumahku ini

Habis kantoran

 

Saat ini

Kelam malam

Sedang jemput jingga senja

Bayangmu muncul disana

Seperti kelamnya malam

 

Mengapa kamu sering hadir

Seperti ini

Menjelang kelam malam

Apakah kamu ingin aku

Ikut dalam kelammu

 

Atau adakah ini tanda

Sesuatu yang sangat berharga bagiku

Kamu pendam sejak kenal pertama

Waktu kuliah dulu

Tak sanggup kamu ungkap

Sampai akhir perjalananmu

Di ujung fana ini

Oh, sedih dan sedihnya

Saat seperti ini

 

                   2

 

Ada noktah di hati ini

Hanya noktah

Sarat akan rekaman peristiwa

Tentang kamu

Tentang kita

Saat suka

Dan saat hatimu luka

Tercabik

Kemudian jadi kelam

Kamu bawa sampai ajal

Tinggal aku pendam

Dalam diam dan sedih

Luruh dan luluh

Oleh kelam yang tak usai

Entah sampai kapan

Oh, begini sedih

Begini dalam kelam ini

 

Ya Rabbku

Semoga Engkau bukakan

Hikmah dibalik kelam

Dan sedih ini

 

                 3

 

Puluhan tahun silam

Rasanya baru kemarin

Berdua kita

Di senja nan lembut

Sambil cerita

Susuri jalan Thamrin

Dari kampus ke Merdeka Barat

Tempat RRI Jakarta

Hiruk pikuk pusat kota

Dan deru kendaraan

Tidak mengusik cerita kita

Kemudian

Berdua kita baca puisi

Di siaran langsung

Dalam acara Panorama Sastera

Yang aku asuh

Suara desahmu nan syahdu

Masih terasa bagai gaung

Sampai kini

Penggalan indah yang tak pupus

Dan tak usang

Juga tak lekang

Dari jejak perjalanan kita

Jadilah sedih ini makin dalam

Oh, kelamnya makin pekat

Tetapi

Aku tak ingin tenggelam

Sampai dasar kelammu nan pekat

 

Ya Rabbku

Semoga garis takdirku

Tidak berujung disitu

 

                      4

 

Meski kamu introvert

Jarang bicara dan tertutup

Sulit ditebak

Hanya senyum malu reaksimu

Tetapi padaku kamu curhat

Semuanya tanpa sisa

Namun tak ada ungkapan

Dan ikrar apa-apa

Antara kita

Tentang cinta dan sayang

Meski begitu dekat dan akrab

Hanya akrab dalam laku

 

Kamu cerita

Cowok kakak senior di kampus

Setiap pagi siap dengan sepeda motornya

Di rumahmu

Ngajak berangkat kuliah bareng

Dan pulangpun begitu

Sekian bulan pertama

Kamu tolak keras

Dan kasar dengan makian

Tetapi dia kukuh tidak peduli

Muka badak

Setiap pagi selalu hadir di rumahmu

Kamu yang tangguh

Dan kukuh bagai cadas

Lama-lama runtuh dan luluh

Karena kasihan

Maka jadilah hari-harimu

Bersama dia

Sampai tamat kuliah

Tetapi itu berakhir

Jadi awal kelammu

Yang tak pernah usai

Sampai kembali ke Rabbmu

Oh, kelamnya kamu

Sedihnya aku

 

                      5

 

Kamu idola

Di kampus

Banyak teman pria

Dambakan cintamu

Sebab kamu cantik, lembut dan manis

Serta pemalu

Perilaku halus bagai laut tenang

Tanpa riak

Membentang penuh kemilau

Senyummu manis

Meski kalau ketus

Satupun tak kamu sambut

Cintanya

Kecuali satu karena terpaksa

Dan kasihan

 

Lima tahun kita tak ketemu

Aku pulang kampung

Tugas disana

Nikah dan punya anak

Kamu tugas di Jakarta

 

Kembali ke Jakarta untuk tugas

Kudapati kamu masih sendiri

Sedang pacarmu waktu kuliah

Nikahi wanita lain

 

Terbersit iba saat kutahu

Hanya kupendam

Tak kuungkap

Takut mengorek lukamu

Alasan sama aku tak tanya

Kenapa seperti itu jadinya

Oh, begitu kelamnya kamu

Tetapi senyummu masih manis

Seperti dulu

Lembut wajahmu tak polos

Seperti waktu kuliah

Ada misteri

Bayangan kelam hatimu membatu

Ini ironimu

Ibakupun hendak cabik hati dan rasa

Kenapa kelammu hantui aku

Jadikan aku sedih

Sedih dan sedih

Begitu dalam sedih ini

Oh, kelamnya kamu

Kenapa seperti itu

Akhir kasihmu

Ujung cintamu

 

Ya Rabbku

Apakah ini garis nasib

Yang dia pilih

Dari apa yang Engkau bentangkan

Dihadapannya

Kemudian Engkau tetapkan

Jadi takdirnya

Hanya ampunanMu baginya

Kumohon padaMu

 

                            6

 

Kamu sering ke rumahku 

Akrab dengan isteri dan anak-anakku

Ngobrol berdua kita

Di kamar kerjaku

Akrab seperti waktu kuliah

Tak ada yang beda

Masih seperti dulu

 

Ceritamu  bikin aku geli dalam iba

Laki-laki teman kuliah dulu

Beberapa dari mereka

Kamu usir ketika terlalu larut

Bertamu ke kamu

Di hotel tempat kamu nginap

Saat tugas di daerah

Ada isyarat kamu tangkap

Masih bersemi dambakan cintamu

Sejak masa kuliah

Aku tahu

Hatimu terlalu kelam

Untuk sambut itu

Aku terenyuh dengarnya

Hatimu beku

Trauma cinta palsu

Membalut dendam

Sekian lama

Ingin aku ratapi kamu saat itu

Tetapi aku takut kamu ledek

Dianggap cengeng

Tak pas dengan diriku

Yang kamu akrabi

Tegar, tangguh dan tahan banting

Tetapi kamu tidak tahu dibalik itu

Aku melankolis

Jadilah aku tak henti

Memendam sedih

Sebab noktah di hati

Tidak pernah pudar

Munculkan rekaman peristiwa

Suka dan duka kamu

Suka dan duka kita

Oh, kelamnya kamu

Menbawaku tenggelam dalamnya

 

Ya Rabbku.

Semoga Engkau membukakan

Hikmah petunjuk bagiku

Dibalik kelam ini

Dalam perjalananku

Menapaki jejakMu

Di fana ini

 

                           7

 

Suatu ketika kamu ke kantorku

Hanya tegak disampingku

Aku lagi sibuk nulis selesaikan tugas

Tidak mau duduk kamu

Isyarat mau buru-buru

Kalimat pendek terlontar darimu

"Ikut gue".

Ekspressimu serius, tegang dan panik

Aku tak tega tanya

Kamupun tak suka aku tanya

Saat kamu seperti itu

 

Kamu ajak aku

Ke rumah sakit

Tempat adik bungsumu

Melahirkan tiga hari sebelumnya

Napasnya satu dua menuju sekarat

Kamu katakan

Seperti itu keadaan ibumu

Sebelum tiada di rumah sakit

Tak lama setelah melahirkan si bungsu

Pertolongan medis tidak mempan

Itu terjadi juga pada adikmu

Aku yakin ini kasus nonmedis

Beberapa menit kutangani

Adikmu sembuh seketika

Kamupun lega dan senang

Tak ada ekspressi berlebihan darimu

Hanya terasa kamu lebih dekat

Denganku setelah itu

Tetapi kelam

Dibalik lembut wajahmu

Tetap mendera aku

Dalam sedih

Oh, kelamnya kamu

Akupun tenggelam lebih dalam

Dalam kelammu

 

Ya  Rabbku

Apakah ini penggalan garis takdirku

Kalau memang begitu

Aku mohon

Semoga ini jadikan lebih jelas

JejakMu yang aku buru

Dalam perjalananku

Di fana ini

 

                        8

 

Mulanya aku tak sadar

Ada badai mengintai

Dalam sunyimu

Dihadapanku kamu duduk menunduk

Di kamar kerjaku

Tingkahmu lain

Tidak biasa

Sejenak menatapku

Kemudian menunduk

Dalam diam agak lama

Aku hanya tatap kamu

Penuh penasaran

Tetapi tidak ingin usik

Dengan tanya hanya tunggu

 

Dibalik diam dan nunduk

Sekian lama

Kamu bicara setengah berbisik

"Aku sudah dapat calon suami "

Kemudian kamu tatap aku

Seperti tanya

Aku ngangguk pelan tanda senang

Kembali kamu diam dalam nunduk

Lebih lama agak ragu

Kemudian seperti berbisik

"Tetapi dia laki-laki tua beristeri

dan beranak"

Kembali kamu tatap aku

Senyum bahagiaku dengarnya

Satu kalimat kukatakan

"Yang penting saling cinta dan

bisa bahagia"

Wajahmu jadi ceria dengan senyum

manis malu

Kemudian rona wajahmu berubah

Menunduk dalam diam

Cukup lama dan berbisik agak samar

"Dia tidak seiman denganku"

Gelenganku tak henti

Isyarat tak setuju

Bisikanmu bagai gledek bagiku

Aku sangat takut pada Rabbku

Kalau aku setuju

Kamu tatap aku tajam

Marahmu terpancar diwajahmu

Saat kujelaskan dasar sikapku

Kamu tak terima

Tetapi aku kukuh

Kelam wajahmu makin pekat

 

Oh, kenapa seperti ini caranya

Kamu letakkan beban pilihanmu

Di pundakku

Mungkinkah ini isyarat

Atau amsal buatku

Dari apa yang kamu pendam

Sejak lama

Tak sanggup kamu ungkap

Secara terus terang

Selama kebersamaan kita

 

Kemudian kamu menjauh dariku

Sekian tahun tanpa kabar

Hanya citramu sering muncul

Dari noktah di hati

Seperti kesan tak utuh

Dalam kelam

Diliputi misteri tak tersingkap

Sampai kini

Tapi ini jadi akar

Sejuta tanya tak terjawab

Dalam senyap yang kelam

Oh, dalamnya sedih yang kupendam

Hendak mencabik hati dan rasa

Tetapi Rabbku tidak biarkan aku

Tersungkur sampai terkapar

Oh, kelamnya kamu

Jauhnya kamu

 

                           9

 

Suatu siang adikmu telepon

Kabari aku kamu sakit

Kujenguk kamu di Rumah sakit

Aku lihat gelagat

Kamu tak ingin ketemu aku

Kelam di wajahmu sangat pekat

Dan marahmu mengendap

Di dasar kelam

Dalam hati yang membatu

 

Akupun baca tanda

Saatnya kamu ingin pergi selamanya

Bawa serta kelammu

Hanya guman di hati

Penuh sedih

Kenapa kamu pilih akhir

Seperti ini

Tetapi tak ada yang aku sesali

InI marni pilihanmu

Dari garis nasib

Yang dibentangkan Rabbmu

Dihadapanmu

Hanya dukaku mendalam

Tidak kutahu entah sampai kapan

Dan dimana ujungnya

 

Ya Rabbku

Jangan biarkan aku tenggelam selamanya

Dalam dasar pekat kelamnya dia yang telah tiada

Cukup Engkau jadi pelindungku

Dan penolongku

 

Maha Suci Engkau Rabbku

Maha Perkasa Lagi Maha Penyayang

 

 

Jatiasih Juni-Juli 2025

 

JH ALIFULHAQ