OH, KELAMNYA KAMU
elegi buat sahabatku
bukan khayal, cerita
atau kisah
tetapi peristiwa
menggoresnya
1
Begini sedih aku kini
Menatap batas cakrawala
Dari jendela lantai atas rumahku
Di ujung senja seperti ini
Kamu sering tiba disini
Di rumahku ini
Habis kantoran
Saat ini
Kelam malam
Sedang jemput jingga senja
Bayangmu muncul disana
Seperti kelamnya malam
Mengapa kamu sering hadir
Seperti ini
Menjelang kelam malam
Apakah kamu ingin aku
Ikut dalam kelammu
Atau adakah ini tanda
Sesuatu yang sangat berharga bagiku
Kamu pendam sejak kenal pertama
Waktu kuliah dulu
Tak sanggup kamu ungkap
Sampai akhir perjalananmu
Di ujung fana ini
Oh, sedih dan sedihnya
Saat seperti ini
2
Ada noktah di hati ini
Hanya noktah
Sarat akan rekaman peristiwa
Tentang kamu
Tentang kita
Saat suka
Dan saat hatimu luka
Tercabik
Kemudian jadi kelam
Kamu bawa sampai ajal
Tinggal aku pendam
Dalam diam dan sedih
Luruh dan luluh
Oleh kelam yang tak usai
Entah sampai kapan
Oh, begini sedih
Begini dalam kelam ini
Ya Rabbku
Semoga Engkau bukakan
Hikmah dibalik kelam
Dan sedih ini
3
Puluhan tahun silam
Rasanya baru kemarin
Berdua kita
Di senja nan lembut
Sambil cerita
Susuri jalan Thamrin
Dari kampus ke Merdeka Barat
Tempat RRI Jakarta
Hiruk pikuk pusat kota
Dan deru kendaraan
Tidak mengusik cerita kita
Kemudian
Berdua kita baca puisi
Di siaran langsung
Dalam acara Panorama Sastera
Yang aku asuh
Suara desahmu nan syahdu
Masih terasa bagai gaung
Sampai kini
Penggalan indah yang tak pupus
Dan tak usang
Juga tak lekang
Dari jejak perjalanan kita
Jadilah sedih ini makin dalam
Oh, kelamnya makin pekat
Tetapi
Aku tak ingin tenggelam
Sampai dasar kelammu nan pekat
Ya Rabbku
Semoga garis takdirku
Tidak berujung disitu
4
Meski kamu introvert
Jarang bicara dan tertutup
Sulit ditebak
Hanya senyum malu reaksimu
Tetapi padaku kamu curhat
Semuanya tanpa sisa
Namun tak ada ungkapan
Dan ikrar apa-apa
Antara kita
Tentang cinta dan sayang
Meski begitu dekat dan akrab
Hanya akrab dalam laku
Kamu cerita
Cowok kakak senior di kampus
Setiap pagi siap dengan sepeda motornya
Di rumahmu
Ngajak berangkat kuliah bareng
Dan pulangpun begitu
Sekian bulan pertama
Kamu tolak keras
Dan kasar dengan makian
Tetapi dia kukuh tidak peduli
Muka badak
Setiap pagi selalu hadir di rumahmu
Kamu yang tangguh
Dan kukuh bagai cadas
Lama-lama runtuh dan luluh
Karena kasihan
Maka jadilah hari-harimu
Bersama dia
Sampai tamat kuliah
Tetapi itu berakhir
Jadi awal kelammu
Yang tak pernah usai
Sampai kembali ke Rabbmu
Oh, kelamnya kamu
Sedihnya aku
5
Kamu idola
Di kampus
Banyak teman pria
Dambakan cintamu
Sebab kamu cantik, lembut dan manis
Serta pemalu
Perilaku halus bagai laut tenang
Tanpa riak
Membentang penuh kemilau
Senyummu manis
Meski kalau ketus
Satupun tak kamu sambut
Cintanya
Kecuali satu karena terpaksa
Dan kasihan
Lima tahun kita tak ketemu
Aku pulang kampung
Tugas disana
Nikah dan punya anak
Kamu tugas di Jakarta
Kembali ke Jakarta untuk tugas
Kudapati kamu masih sendiri
Sedang pacarmu waktu kuliah
Nikahi wanita lain
Terbersit iba saat kutahu
Hanya kupendam
Tak kuungkap
Takut mengorek lukamu
Alasan sama aku tak tanya
Kenapa seperti itu jadinya
Oh, begitu kelamnya kamu
Tetapi senyummu masih manis
Seperti dulu
Lembut wajahmu tak polos
Seperti waktu kuliah
Ada misteri
Bayangan kelam hatimu membatu
Ini ironimu
Ibakupun hendak cabik hati dan rasa
Kenapa kelammu hantui aku
Jadikan aku sedih
Sedih dan sedih
Begitu dalam sedih ini
Oh, kelamnya kamu
Kenapa seperti itu
Akhir kasihmu
Ujung cintamu
Ya Rabbku
Apakah ini garis nasib
Yang dia pilih
Dari apa yang Engkau bentangkan
Dihadapannya
Kemudian Engkau tetapkan
Jadi takdirnya
Hanya ampunanMu baginya
Kumohon padaMu
6
Kamu sering ke rumahku
Akrab dengan isteri dan anak-anakku
Ngobrol berdua kita
Di kamar kerjaku
Akrab seperti waktu kuliah
Tak ada yang beda
Masih seperti dulu
Ceritamu bikin aku geli dalam iba
Laki-laki teman kuliah dulu
Beberapa dari mereka
Kamu usir ketika terlalu larut
Bertamu ke kamu
Di hotel tempat kamu nginap
Saat tugas di daerah
Ada isyarat kamu tangkap
Masih bersemi dambakan cintamu
Sejak masa kuliah
Aku tahu
Hatimu terlalu kelam
Untuk sambut itu
Aku terenyuh dengarnya
Hatimu beku
Trauma cinta palsu
Membalut dendam
Sekian lama
Ingin aku ratapi kamu saat itu
Tetapi aku takut kamu ledek
Dianggap cengeng
Tak pas dengan diriku
Yang kamu akrabi
Tegar, tangguh dan tahan banting
Tetapi kamu tidak tahu dibalik itu
Aku melankolis
Jadilah aku tak henti
Memendam sedih
Sebab noktah di hati
Tidak pernah pudar
Munculkan rekaman peristiwa
Suka dan duka kamu
Suka dan duka kita
Oh, kelamnya kamu
Menbawaku tenggelam dalamnya
Ya Rabbku.
Semoga Engkau membukakan
Hikmah petunjuk bagiku
Dibalik kelam ini
Dalam perjalananku
Menapaki jejakMu
Di fana ini
7
Suatu ketika kamu ke kantorku
Hanya tegak disampingku
Aku lagi sibuk nulis selesaikan tugas
Tidak mau duduk kamu
Isyarat mau buru-buru
Kalimat pendek terlontar darimu
"Ikut gue".
Ekspressimu serius, tegang dan panik
Aku tak tega tanya
Kamupun tak suka aku tanya
Saat kamu seperti itu
Kamu ajak aku
Ke rumah sakit
Tempat adik bungsumu
Melahirkan tiga hari sebelumnya
Napasnya satu dua menuju sekarat
Kamu katakan
Seperti itu keadaan ibumu
Sebelum tiada di rumah sakit
Tak lama setelah melahirkan si bungsu
Pertolongan medis tidak mempan
Itu terjadi juga pada adikmu
Aku yakin ini kasus nonmedis
Beberapa menit kutangani
Adikmu sembuh seketika
Kamupun lega dan senang
Tak ada ekspressi berlebihan darimu
Hanya terasa kamu lebih dekat
Denganku setelah itu
Tetapi kelam
Dibalik lembut wajahmu
Tetap mendera aku
Dalam sedih
Oh, kelamnya kamu
Akupun tenggelam lebih dalam
Dalam kelammu
Ya Rabbku
Apakah ini penggalan garis takdirku
Kalau memang begitu
Aku mohon
Semoga ini jadikan lebih jelas
JejakMu yang aku buru
Dalam perjalananku
Di fana ini
8
Mulanya aku tak sadar
Ada badai mengintai
Dalam sunyimu
Dihadapanku kamu duduk menunduk
Di kamar kerjaku
Tingkahmu lain
Tidak biasa
Sejenak menatapku
Kemudian menunduk
Dalam diam agak lama
Aku hanya tatap kamu
Penuh penasaran
Tetapi tidak ingin usik
Dengan tanya hanya tunggu
Dibalik diam dan nunduk
Sekian lama
Kamu bicara setengah berbisik
"Aku sudah dapat calon suami "
Kemudian kamu tatap aku
Seperti tanya
Aku ngangguk pelan tanda senang
Kembali kamu diam dalam nunduk
Lebih lama agak ragu
Kemudian seperti berbisik
"Tetapi dia laki-laki tua beristeri
dan beranak"
Kembali kamu tatap aku
Senyum bahagiaku dengarnya
Satu kalimat kukatakan
"Yang penting saling cinta dan
bisa bahagia"
Wajahmu jadi ceria dengan senyum
manis malu
Kemudian rona wajahmu berubah
Menunduk dalam diam
Cukup lama dan berbisik agak samar
"Dia tidak seiman denganku"
Gelenganku tak henti
Isyarat tak setuju
Bisikanmu bagai gledek bagiku
Aku sangat takut pada Rabbku
Kalau aku setuju
Kamu tatap aku tajam
Marahmu terpancar diwajahmu
Saat kujelaskan dasar sikapku
Kamu tak terima
Tetapi aku kukuh
Kelam wajahmu makin pekat
Oh, kenapa seperti ini caranya
Kamu letakkan beban pilihanmu
Di pundakku
Mungkinkah ini isyarat
Atau amsal buatku
Dari apa yang kamu pendam
Sejak lama
Tak sanggup kamu ungkap
Secara terus terang
Selama kebersamaan kita
Kemudian kamu menjauh dariku
Sekian tahun tanpa kabar
Hanya citramu sering muncul
Dari noktah di hati
Seperti kesan tak utuh
Dalam kelam
Diliputi misteri tak tersingkap
Sampai kini
Tapi ini jadi akar
Sejuta tanya tak terjawab
Dalam senyap yang kelam
Oh, dalamnya sedih yang kupendam
Hendak mencabik hati dan rasa
Tetapi Rabbku tidak biarkan aku
Tersungkur sampai terkapar
Oh, kelamnya kamu
Jauhnya kamu
9
Suatu siang adikmu telepon
Kabari aku kamu sakit
Kujenguk kamu di Rumah sakit
Aku lihat gelagat
Kamu tak ingin ketemu aku
Kelam di wajahmu sangat pekat
Dan marahmu mengendap
Di dasar kelam
Dalam hati yang membatu
Akupun baca tanda
Saatnya kamu ingin pergi selamanya
Bawa serta kelammu
Hanya guman di hati
Penuh sedih
Kenapa kamu pilih akhir
Seperti ini
Tetapi tak ada yang aku sesali
InI marni pilihanmu
Dari garis nasib
Yang dibentangkan Rabbmu
Dihadapanmu
Hanya dukaku mendalam
Tidak kutahu entah sampai kapan
Dan dimana ujungnya
Ya Rabbku
Jangan biarkan aku tenggelam selamanya
Dalam dasar pekat kelamnya dia yang telah tiada
Cukup Engkau jadi pelindungku
Dan penolongku
Maha Suci Engkau Rabbku
Maha Perkasa Lagi Maha Penyayang
Jatiasih Juni-Juli 2025
JH ALIFULHAQ