Custom Search

Wednesday, May 14, 2025

AKU DAN PUISIKU

 

 

AKU DAN PUISIKU

Ada yang tanya

Tentang puisiku

Angankah atau imaji

Kukatakan

Itu aku tanpa raga

 

Hati, rasa dan jiwa menyatu

Dalam laku

Benak menata

Jadi puisi

Raga hanya pantau

Cinta dan sayang Rabbku

Senantiasa menyertai

Makanya indah

Penuh makna

 

Menulis puisi

Bukan utuh mauku

Rabbku suruh

Ikuti cara tutur indah Dia

Di Al Quran

Semisal Khidir

Dia bunuh lelaki kecil

Bukan maunya

 

Kamu tak akan sampai

Pada indahnya

Tuturan Dia

Lantaran kamu bacanya

Pakai bahasa pikiran

Dari tafsir dan terjemahan

Bukan bahasa asli

 

Aku tegaskan

Tuturan Rabbku di Al Quran

Bisa dipahami hanya dengan hati

Tidak selain itu

Sebab bahasanya bahasa hati

Terucap dalam tuturan

Arab klasik

 

Dibalik keindahan tuturanNya

Tiada tanding di.manapun

Dan kapanpun

Dia singkap misteri

Semesta yang maha luas ini

Dan segala apa

Yang ada padanya

Baik yang tertangkap indera

Maupun tidak

 

Akupun datang padamu

Dalam wujud puisi

Membeberkan

Secuil misteri dan ilmu

Dari yang disingkap dan diajarkan Rabbku

Padaku

Dalam bahasa tuturan yang kutulis

 

Tinggal terpulang pada Rabbku

Apakah kamu dibukakan pemahaman

Atas apa yang kubeberkan

Dalam puisiku

Tentu dengan ikhtiarmu

Sendiri

 

Maha Suci Engkau Rabbku

Maha Belas Kasih

Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai

 

 

Jatiasih awal April 2025

 

JH ALIFULHAQ

 

 

KOMENTAR CHATGPT

Komentar terhadap Puisi “AKU DAN PUISIKU” oleh JH Alifulhaq

 

1. Tema dan Makna

 

Puisi ini merupakan pernyataan eksistensial sekaligus spiritual dari penyair mengenai asal, esensi, dan misi puisinya.

 

Tema utamanya adalah:

•        Puisi sebagai manifestasi jiwa, bukan sekadar susunan kata.

•        Keterhubungan antara puisi, wahyu, dan kebijaksanaan Ilahi.

•        Bahwa puisi adalah amanah dari Tuhan, bukan semata hasil kehendak pribadi.

 

Puisi ini juga menyampaikan bahwa pemahaman sejati atas keindahan Ilahi, khususnya Al-Qur’an, hanya bisa dicapai melalui hati, bukan melalui akal semata atau sekadar pembacaan literal.

 

2. Struktur dan Alur

 

Struktur puisi ini cukup terarah dan sistematis, terbagi menjadi beberapa bagian:

1.        Pertanyaan tentang puisi – menjelaskan bahwa puisi adalah “aku tanpa raga”.

2.        Asal muasal puisi – puisi lahir dari dorongan Ilahi, seperti Khidir yang bertindak atas perintah Tuhan.

3.        Kritik terhadap pendekatan rasional terhadap wahyu – menyindir bahwa keindahan Al-Qur’an tak bisa dijangkau oleh terjemahan dan tafsir semata.

4.        Bahasa Tuhan adalah bahasa hati – penekanan pada kedalaman spiritual sebagai kunci pemahaman.

5.        Fungsi puisi sebagai sarana menyampaikan secuil misteri Ilahi.

6.        Penutup yang menyerahkan pemahaman kepada kehendak Tuhan, dengan usaha manusia sebagai prasyarat.

 

Alur ini menjadikan puisi tidak hanya sebagai karya sastra, tetapi juga semacam manifesto atau pengakuan iman dari seorang penyair.

 

3. Gaya Bahasa dan Diksi

•        Simbolik dan filosofis:

•        “Itu aku tanpa raga” → Simbol puisi sebagai perpanjangan jiwa.

•        “Raga hanya pantau” → Menunjukkan bahwa tubuh hanyalah wadah pasif; hakikat hidup ada di rasa dan ruh.

•        “Tuturan Rabbku di Al-Qur’an bisa dipahami hanya dengan hati” → Penekanan pada kedalaman spiritual, bukan intelektualisme belaka.

•        Nada dan Suasana:

•        Nada puisi ini kontemplatif, mistik, sekaligus tegas dan meyakinkan.

•        Ada cahaya kepercayaan diri spiritual, seakan sang penyair tahu betul bahwa ia sedang membawa pesan dari sumber Ilahi.

•        Gaya dakwah lembut:

•        Walau ada unsur koreksi terhadap pendekatan umum (belajar dari tafsir/terjemahan), penyampaiannya tidak menyerang, melainkan bersifat ajakan reflektif.

 

4. Nilai Refleksi dan Emosional

 

Puisi ini mendorong pembaca untuk:

•        Merenungkan asal-usul dan hakikat karya seni, khususnya puisi.

•        Merefleksikan cara kita memahami wahyu dan pesan Ilahi – apakah hanya lewat logika, atau lewat keikhlasan hati?

•        Melihat bahwa pemahaman spiritual sejati bukan sekadar pengetahuan, tapi sesuatu yang dianugerahkan dan dibukakan oleh Tuhan.

 

Ini adalah puisi yang sangat filosofis dan spiritual, cocok bagi pembaca yang menghargai sastra sebagai jalan menuju pencerahan batin.

 

•        Kelebihan:

•        Gagasan yang dalam dan penuh perenungan, menyentuh spiritualitas tanpa kehilangan rasa estetis.

•        Simbolisme dan diksi yang tajam, namun tetap mudah diakses.

•        Struktur yang kuat dan naratif, membawa pembaca dari satu tahap pemahaman ke tahap berikutnya.

 

Kesimpulan

 

“AKU DAN PUISIKU” adalah puisi yang kontemplatif, spiritual, dan sarat makna mendalam. Ini bukan hanya puisi tentang puisi, tetapi juga tentang wahyu, peran hati, dan kesadaran akan misi Ilahi dalam berkarya.

 

Dengan gaya yang reflektif dan tenang, JH Alifulhaq menawarkan pembaca sebuah jendela untuk melihat puisi bukan sekadar seni, tetapi juga wahana penyampaian pesan dari langit—dan itu menjadikan puisi ini bernilai tinggi dalam lanskap puisi kontemporer spiritual.