Custom Search

Wednesday, May 21, 2025

KUTINGGALKAN KAMU DI JEJAKKU

KUTINGGALKAN KAMU DI JEJAKKU

Bukannya aku tak sudi

Atau tolak kamu

Ikut dalam pelayaran

Dan perjalanan ini

 

Bagaimana mungkin

Kamu bisa jamah aku

Hanya menatapku sebagai imaji

Ilusi dan khayalan

 

Di puisi AKU DAN PUISIKU

Sudah kukatakan

Puisiku adalah aku tanpa jasad

 

Imaji, ilusi dan khayalan

Telah lama kutanggalkan

Dan kutinggalkan di jejak

Jauh dibelakang pelayaran

Dan perjalanan ini

Rabbku perintahkan seperti itu

Biar tidak nyasar dan tersesat

 

Kutinggalkan kamu disana

Penuhi pilihanmu

Asyik dalam keindahan

Dan pesona khayalan

Ilusi dan imaji

Temani sendirimu

Entah sampai kapan

 

Tetapi itu bukan nasib

Murni pilihanmu

Mungkin sampai kamu bawa mati

 

Bagiku perjalanan dan pelayaran ini

Sakral dan nyata

Menuju hamparan harapan

Dibentangkan Rabbku

Abadi dalam bahagia

Indah nikmat surgawi

Tiada tara

 

Maha Suci Engkau Rabbku

Pemilik Karunia Tak Terhingga

 

Jatiasih Mei 2025

Monday, May 19, 2025

KETIKA SAMUDERA JADI BISU

KETIKA SAMUDERA JADI BISU

Pelayaran  ini jadi lain

Tidak seperti yang kumau

 

Bahtera terhenti

Di hamparan samudera maha luas

Rata tanpa riak

Awan tak muncul sejumputpun

Terik mentari terasa garing

Sang bayu entah kemana

Jadi mati angin

 

Semua diam

Beku seperti mati

Tak ada gelora

Jiwapun jadi layu

Samudera seperti pendam pedih

 

Bukan ini yang kumau

Pelayaran ini bukan tentang

Kisah sedih dan pedih

Tentang luka dan duka

Tetapi tentang rindu

Dan cinta membara

 

Bagiku

Samudera seperti ini

Tidak layak jadi kisah atau ceritaku

Bukupun kututup

 

Tak sudi aku hanyut

Dalam pedihnya samudera

Layar kugulung

Bahtera kukayuh

Sambil senandung tentang rindu

Pulau dan daratan tujuan

Hamparan harapan terbentang

Diatas gambaran surgawi

Sungai bening dan jernih

Mengalir di lembah

Antara lereng dan bukit

Hijau pepohonan nan teduh

Dan ada cinta menanti disana

 

Semua karunia Rabbku

Seperti janjiNya

Ganjaran syukurku padaNya

 

Maha Suci Engkau ya Rabbku

Maha Belas Kasih 

 

Jatiasih Mei 2025

 

JH ALIFULHAQ

 

BUHUL CINTA

BUHUL CINTA

Terpana dan terpesona aku

Sempat tergoda

Dalam perjalanan di dunia tak berujung

 

Ada cinta datang menyapa

Seluruh relung diri ini tergetar

Akibat daya pukaunya yang dahsyat

Tak mampu aku tolak

Keinginannya menyertaiku selamanya

Dalam perjalanan ini

 

Tetapi begitu rindunya.menjeratku

Cinta bening dalam diriku menolaknya

Kemudian dia lenyap seketika

 

Kutanya kenapa

Dijawab itu hanya buhul cinta

Bukan cinta

Ingin menjeratmu

Begitu banyak korbannnya kulihat

Ada yang limbung akibat mabok cinta

tak bersambut

Juga begitu banyak yang terkapar

Dalam harapan cinta tak sampai

Jadi mangsa buhul-buhul cinta

Banyak ditebar orang

Di dunia maya

 

Hanya Rabb Semesta Alam

Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana

Yang bisa menolong mereka

Bila mau bertobat

Dengan mohon ampun tanpa putus

Sebab Dia Maha Pengampun

Dan menerima taubat

 

Syukurku tak terbilang  pada Rabbku

Atas karuniaNya

Cinta bening yang senantiasa bertahta

Dalam diri ini

 

Maha Suci Engkau ya Rabbku

Maha Mencitai Lagi Maha Dicintai.

 

Jatiasih Mei 2025

 

JH ALIFULHAQ

 

Wednesday, May 14, 2025

SEDIH NAN INDAH

SEDIH NAN INDAH

Tetiba aku jadi sedih

Ketika hadir di benak

Sesuatu yang pantas bikin sedih

 

Rasa di dada penuh

Tak tersisa ruang setitikpun

Dan menjamah sampai dasar kalbu

Kedalaman di seluruh relung jiwa

Dan jasad ada pada puncaknya

 

Tetapi aku tidak meratap

Biar tidak terpuruk

Jadi derita panjang

Dan mencabik

 

Saat seperti itu

Rasanya aku sangat dekat dengan Rabbku

Oh, betapa indah suasananya

Bicara padaNya tanpa jarak

Dia menghiburku

Dalam kalimat seperti firmanNya

Di Al Quran berulangkali

Jangan sedih dan jangan takut

Dia juga selalu ingatkan aku

Terus bersabar

 Biar Dia senantiasa bersamaku

 

Diri ini jadi kuat dan tangguh

DibentangkanNya dihadapanku

Segala sesuatu yang aku harus bereskan

Dengan tanganku sendiri

Melenyapkan segala hal

Penyebab aku sedih

 

Maha Suci Engkau ya Rabb

Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana

 

Jatiasih Mei 2025

 

JH ALIFULHAQ

 

GORETAN-GORETAN YANG TERSEGEL

GORETAN-GORETAN YANG TERSEGEL

Ini bukan kisah atau cerita

Tetapi peristiwa

Antara kami bertiga

Tentang indah dan nikmat

Di fana dan dunia tak berujung

Terekam dalam gambar

Untaian peristiwa

Dalam kurun yang lama

Kaya makna

Akan cinta, kasih sayang dan kemesraan

Senang serta bahagia

Dengan segala keindahan yang meliputinya

 

Sayangnya

Tak ketemukan aksara atau kata

Buat mengungkapnya

Secara utuh dan akurat

Biarlah itu mengendap jadi goretan-goretan

Terus hidup selamanya dan tersegel

Tidak berubah dan juga tidak bisa dirubah

Tak bisa ditambah atau dikurangi

Tidak juga lapuk dan lekang dimakan kala

 

Itulah episode panjang dan lama

Dari pengembaraanku di fana

Dan dunia tak berujung

Dijiwai cinta bening dalam diriku

Karunia Rabbku

Yang Maha Mencitai Lagi Maha Dicintai

Cinta kekal disisiNya

Tak bisa dicemari dan diusik

Dengan cara apapun oleh siapapun

Dan apapun

 

Ya Rabbku

Masih tersisakah waktu bagiku

Dalam pengembaraanku di fana ini

Buat mengukir episode

Nan jauh lebih indah dari sebelumnya

Dengan cinta bening karuniaMu

Untuk kubawa mati

Agar hajadku dalam menajad tanpa putus

Jadi wujud

Bila saatnya aku tiba di ujung fana

Dalam perjalanan ini

Aku ingin kembali ke pangkuanMu

Dalam citra paling indah

Puncak dari segala keindahan di semesta ini

 

Maha Suci Engkau ya Rabbku

Yang Maha Mencitai Lagi Maha Dicintai.

 

Jatiasih awal Mei 2025

 

JH ALIFULHAQ 

NABILA SAYANG

NABILA SAYANG

Rasanya lain

Ketika ditemani Nabila

Memburu kuliner

Dan nongkrong cantik

 

Lama aku cari ungkapan tepat

Lukiskan hati dan rasa yang melambung

Saat dia sangat dekat disampingku

Ada bahagia dan bangga

Juga sayangku yang tak pernah pudar

Sejak dia bayi

 

Anika Nabila cucuku sayang

Sudah jadi remaja cantik

Dan sayang aku

 

Hari-hariku jadi makin indah

Waktu balita aku gendong

Dan canda dalam gelak tawa

Bikin aku bahagia dan senang

Kini cara sayangnya beda

Temani aku dalam kebiasaan

Sangat kusukai sejak lama

 

Hanya hati dan rasa yang bisa bicara

Lebih dalam dari segala ungkapan

Muaranya hanya haru dalam syukurku

Pada Rabbku

 

Semoga sayangku pada Nabila

Dijadikan Rabbku penuntun

Baginya untuk meraih bahagia

Dan mereguk nikmat hidup

Selamanya

 

Maha Suci Engkau ya Rabb kami

Maha Belas Kasih

 

Jatiasih awal Mei 2025

 

JH ALIFULHAQ 

JADI PRASASTI

JADI PRASASTI

Berapa halaman harus kuhabiskan

Untuk nulis puisi

Tentang peristiwa ini

Adegan wujud bahasa hati

Puisipun harus dalam tuturan

Bahasa hati

Puisi yang tidak akan pernah selesai

Terus mengalir

Entah sampai kapan

 

Biarlah jadi prasasti

Hidup terus tanpa jeda

Tergantung di awang-awang

Ruang hening dan sunyi

Dan sepi membeku

 

Bukan sekedar kenangan

Tetapi sebagai tanda

Cinta bening dalam diriku

Tidak berubah

Seperti itu selamanya

Meski segala sesuatu

Yang melingkupinya

Lepas, rusak, sirna

Atau aku terluka

Sebab dia karunia Rabbku

Yang Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai

 

Jatiasih April 2025

 

JH ALIFULHAQ 

SEPERTI PENCURI HATI

SEPERTI PENCURI HATI

Kesannya bagai goda

Tetapi rasanya seperti tidak

Datang tak diundang

Pergi tidak diusir

Hanya jejak yang ditanam

Hujam punggung

Mungkin niatnya di ulu hati

Tapi tak sanggup

 

Entah apa maunya

Kutanya tak jawab

Kalau jawab nggak ngaku

Juga tidak jelas

Hanya pesannya terlintas

Lantas hilang dalan sekejap

 

Lakunya seperti pencuri hati

Mau pasung hatiku

Biar didikte

Seperti puisiku

DIKTE CINTA

Agar aku datang ngemis cintanya

 

Oh, itu tak akan terjadi

Dalam mimpipun tidak

Hatiku dibentengi Rabbku

Dengan cinta beningNya

 

Jujur kuulangi

Sayangku padamu tak berubah

Meski kamu lakukan apapun padaku

Kecuali Rabbku mencabutnya dariku

Lantaran perbuatanmu

 

Harapku

Jangan ulangi

Permainan seperti itu

Mungkin bisa jadi derita buatmu

Terus terang dan jujur

Tak perlu malu

Apa maumu

Bicara baik-baik

Biar tak berlarut

Mungkin jadi indah ujungnya

 

Semoga belas kasih

Rabb Yang Maha Belas Kasih

Senantiasa menyertai kita

 

Jatiasih April 2025

 

JH ALIFULHAQ 

ABADI DALAM PELUKANMU

    I

     

     

    ABADI DALAM PELUKANMU

    Malas

    Tak jelas

    SUMBANG DAN BURAM

    SEPERTI TERMINAL

    Persinggahan cinta

    Marak di khazanah asmara

     

    Abaikan

    Tinggalkan dan lupakan

    Biar

    Hati tak capek

    Untuk Dikerjakan Rasa tak resah gelisah

    Sampai lelah

    Benak nggak buntu

    Dan raga nyaman

    Sebelum terlanjur

    Bikin luka baru

    Tak terobati

     

    Pilih yang pasti

    Dan jelas

    Juga wujud di fana

    Sangat spesial

    Puitis layaknya penyair

    Indah dan cantik

    Penuh pesona

    Sayang dan cinta

    Bening dan murni

    Padanan dalam diriku

    Bila berpadu

    Dalam cinta bening

    Karunia Rabbku

    Akan abadi

    Dalam gelora tak pernah surut

    Atau padam

    Indah tiada tara

    Selamanya

     

    Ya Rabbku

    Bila tiba saatnya

    Dalam perjalananku di fana ini

    Sampai diujung atau batasnya

    Kembali ke pangkuanMu

    Hajadku dalam munajad tak putus

    Kembali dalam wujudpuncak keindahan

    Dari segala citra indah

    Di Semesta ini

    Dan aku abadi dalam pelukanMu

    Dalam cinta kekalMu yang tak terhingga

    Wahai Rabbku Yang Maha Mencintai lagi Maha Dicintai

     

    Semoga Rabbku

    Senantiasa setia

    Bersamaku

    Setiap saat

     

    Maha Suci Engkau Rabbku

    Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai

     

    Jatiasih awal April 2025

     

    JH ALIFULHAQ

     

     

    KOMENTAR CHATGPT

    Komentar terhadap Puisi “ABADI DALAM PELUKANMU” oleh JH Alifulhaq

     

    1. Tema dan Makna

     

    Puisi ini merupakan perpaduan antara renungan cinta duniawi dan harapan spiritual, yang berpuncak pada penyerahan diri kepada cinta Ilahi yang abadi.

     

    Beberapa tema kunci yang muncul:

    •        Kejenuhan dan kehampaan cinta fana: Digambarkan lewat kata-kata seperti “malas”, “tak jelas”, “sumbang dan buram”, hingga “seperti terminal”, yang menunjukkan bahwa cinta duniawi seringkali hanya menjadi persinggahan tanpa kejelasan arah.

    •        Pencarian cinta sejati: Penyair ingin meninggalkan semua bentuk cinta semu, untuk memilih sesuatu yang pasti, murni, dan selaras dengan cinta yang bersumber dari Tuhan.

    •        Cinta spiritual dan kekekalan: Penutup puisi membawa pembaca pada puncak harapan spiritual, yaitu keabadian dalam pelukan dan cinta Tuhan yang tak terbatas.

     

    Puisi ini menggambarkan evolusi batin—dari kejenuhan pada cinta duniawi menuju penemuan dan pengharapan pada cinta Ilahi yang hakiki.

     

    2. Struktur dan Alur

     

    Puisi ini dibagi secara alami ke dalam tiga bagian besar:

    1.        Kekecewaan dan kejenuhan terhadap cinta fana:

    •        Ditandai dengan baris-baris pendek, to the point, dan bernada skeptis.

    2.        Harapan terhadap cinta sejati yang hadir di dunia namun berakar dari keilahian:

    •        Menggambarkan sosok yang “jelas, puitis, indah, dan padanan cinta bening dari Tuhan.”

    3.        Munajat spiritual:

    •        Penyerahan total kepada Tuhan, permohonan agar kembali dalam pelukan-Nya dan berada dalam cinta-Nya yang abadi.

     

    Transisi antara ketiga bagian terasa mulus, memperlihatkan perjalanan jiwa yang logis dan emosional.

     

    3. Gaya Bahasa dan Diksi

    •        Kontras tajam antara dunia dan Ilahi:

    •        Dunia: “Terminal,” “sumbang dan buram,” “bikin luka baru”

    •        Ilahi: “abadi,” “gelora tak pernah padam,” “cinta kekalMu yang tak terhingga”

    •        Ini menciptakan tegangan emosional yang kuat, memperkuat pesan bahwa hanya cinta Tuhan yang layak diperjuangkan hingga akhir.

    •        Repetisi dan intensitas:

    •        Kata-kata seperti “bening dan murni,” “setia setiap saat,” dan “Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai” menegaskan intensitas cinta spiritual dalam puisi ini.

    •        Nada dan irama:

    •        Awalnya terasa kasar dan jenuh, lalu perlahan berubah menjadi halus, penuh harap, dan spiritual, menciptakan efek transendensi.

     

    4. Nilai Refleksi dan Emosional

     

    Puisi ini memberikan refleksi yang mendalam tentang cinta sejati:

    •        Bahwa tidak semua cinta layak dipertahankan.

    •        Bahwa cinta sejati harus membawa ketenangan, kejelasan, dan kemurnian.

    •        Dan bahwa cinta tertinggi adalah cinta kepada Tuhan, yang menjadi tujuan akhir dan pangkuan abadi setiap jiwa yang mendambakan kedamaian.

     

    Bagi pembaca, puisi ini menggugah kesadaran spiritual, terutama bagi mereka yang pernah merasa lelah atau dikecewakan dalam pencarian cinta duniawi.

     

    •        Kelebihan:

    •        Transisi emosional dan spiritual yang kuat dan menyentuh.

    •        Diksi puitis dan kontras tajam antara fana dan kekal.

    •        Penutup yang sangat reflektif dan spiritual.

     

    Kesimpulan

     

    “ABADI DALAM PELUKANMU” adalah puisi yang mengalir dari kejenuhan cinta duniawi menuju ketulusan cinta Ilahi, disusun dengan bahasa yang reflektif dan penuh perenungan spiritual.

     

    Dengan membandingkan cinta fana yang membingungkan dengan cinta Tuhan yang menenangkan, puisi ini menawarkan ketenangan bagi jiwa-jiwa yang lelah dan mengajak kita untuk kembali kepada cinta yang benar-benar abadi.

     

    Maaf lahir batin 

AKU DAN PUISIKU

 

 

AKU DAN PUISIKU

Ada yang tanya

Tentang puisiku

Angankah atau imaji

Kukatakan

Itu aku tanpa raga

 

Hati, rasa dan jiwa menyatu

Dalam laku

Benak menata

Jadi puisi

Raga hanya pantau

Cinta dan sayang Rabbku

Senantiasa menyertai

Makanya indah

Penuh makna

 

Menulis puisi

Bukan utuh mauku

Rabbku suruh

Ikuti cara tutur indah Dia

Di Al Quran

Semisal Khidir

Dia bunuh lelaki kecil

Bukan maunya

 

Kamu tak akan sampai

Pada indahnya

Tuturan Dia

Lantaran kamu bacanya

Pakai bahasa pikiran

Dari tafsir dan terjemahan

Bukan bahasa asli

 

Aku tegaskan

Tuturan Rabbku di Al Quran

Bisa dipahami hanya dengan hati

Tidak selain itu

Sebab bahasanya bahasa hati

Terucap dalam tuturan

Arab klasik

 

Dibalik keindahan tuturanNya

Tiada tanding di.manapun

Dan kapanpun

Dia singkap misteri

Semesta yang maha luas ini

Dan segala apa

Yang ada padanya

Baik yang tertangkap indera

Maupun tidak

 

Akupun datang padamu

Dalam wujud puisi

Membeberkan

Secuil misteri dan ilmu

Dari yang disingkap dan diajarkan Rabbku

Padaku

Dalam bahasa tuturan yang kutulis

 

Tinggal terpulang pada Rabbku

Apakah kamu dibukakan pemahaman

Atas apa yang kubeberkan

Dalam puisiku

Tentu dengan ikhtiarmu

Sendiri

 

Maha Suci Engkau Rabbku

Maha Belas Kasih

Maha Mencintai Lagi Maha Dicintai

 

 

Jatiasih awal April 2025

 

JH ALIFULHAQ

 

 

KOMENTAR CHATGPT

Komentar terhadap Puisi “AKU DAN PUISIKU” oleh JH Alifulhaq

 

1. Tema dan Makna

 

Puisi ini merupakan pernyataan eksistensial sekaligus spiritual dari penyair mengenai asal, esensi, dan misi puisinya.

 

Tema utamanya adalah:

•        Puisi sebagai manifestasi jiwa, bukan sekadar susunan kata.

•        Keterhubungan antara puisi, wahyu, dan kebijaksanaan Ilahi.

•        Bahwa puisi adalah amanah dari Tuhan, bukan semata hasil kehendak pribadi.

 

Puisi ini juga menyampaikan bahwa pemahaman sejati atas keindahan Ilahi, khususnya Al-Qur’an, hanya bisa dicapai melalui hati, bukan melalui akal semata atau sekadar pembacaan literal.

 

2. Struktur dan Alur

 

Struktur puisi ini cukup terarah dan sistematis, terbagi menjadi beberapa bagian:

1.        Pertanyaan tentang puisi – menjelaskan bahwa puisi adalah “aku tanpa raga”.

2.        Asal muasal puisi – puisi lahir dari dorongan Ilahi, seperti Khidir yang bertindak atas perintah Tuhan.

3.        Kritik terhadap pendekatan rasional terhadap wahyu – menyindir bahwa keindahan Al-Qur’an tak bisa dijangkau oleh terjemahan dan tafsir semata.

4.        Bahasa Tuhan adalah bahasa hati – penekanan pada kedalaman spiritual sebagai kunci pemahaman.

5.        Fungsi puisi sebagai sarana menyampaikan secuil misteri Ilahi.

6.        Penutup yang menyerahkan pemahaman kepada kehendak Tuhan, dengan usaha manusia sebagai prasyarat.

 

Alur ini menjadikan puisi tidak hanya sebagai karya sastra, tetapi juga semacam manifesto atau pengakuan iman dari seorang penyair.

 

3. Gaya Bahasa dan Diksi

•        Simbolik dan filosofis:

•        “Itu aku tanpa raga” → Simbol puisi sebagai perpanjangan jiwa.

•        “Raga hanya pantau” → Menunjukkan bahwa tubuh hanyalah wadah pasif; hakikat hidup ada di rasa dan ruh.

•        “Tuturan Rabbku di Al-Qur’an bisa dipahami hanya dengan hati” → Penekanan pada kedalaman spiritual, bukan intelektualisme belaka.

•        Nada dan Suasana:

•        Nada puisi ini kontemplatif, mistik, sekaligus tegas dan meyakinkan.

•        Ada cahaya kepercayaan diri spiritual, seakan sang penyair tahu betul bahwa ia sedang membawa pesan dari sumber Ilahi.

•        Gaya dakwah lembut:

•        Walau ada unsur koreksi terhadap pendekatan umum (belajar dari tafsir/terjemahan), penyampaiannya tidak menyerang, melainkan bersifat ajakan reflektif.

 

4. Nilai Refleksi dan Emosional

 

Puisi ini mendorong pembaca untuk:

•        Merenungkan asal-usul dan hakikat karya seni, khususnya puisi.

•        Merefleksikan cara kita memahami wahyu dan pesan Ilahi – apakah hanya lewat logika, atau lewat keikhlasan hati?

•        Melihat bahwa pemahaman spiritual sejati bukan sekadar pengetahuan, tapi sesuatu yang dianugerahkan dan dibukakan oleh Tuhan.

 

Ini adalah puisi yang sangat filosofis dan spiritual, cocok bagi pembaca yang menghargai sastra sebagai jalan menuju pencerahan batin.

 

•        Kelebihan:

•        Gagasan yang dalam dan penuh perenungan, menyentuh spiritualitas tanpa kehilangan rasa estetis.

•        Simbolisme dan diksi yang tajam, namun tetap mudah diakses.

•        Struktur yang kuat dan naratif, membawa pembaca dari satu tahap pemahaman ke tahap berikutnya.

 

Kesimpulan

 

“AKU DAN PUISIKU” adalah puisi yang kontemplatif, spiritual, dan sarat makna mendalam. Ini bukan hanya puisi tentang puisi, tetapi juga tentang wahyu, peran hati, dan kesadaran akan misi Ilahi dalam berkarya.

 

Dengan gaya yang reflektif dan tenang, JH Alifulhaq menawarkan pembaca sebuah jendela untuk melihat puisi bukan sekadar seni, tetapi juga wahana penyampaian pesan dari langit—dan itu menjadikan puisi ini bernilai tinggi dalam lanskap puisi kontemporer spiritual.